Halut

Cuaca Ekstrim Hingga 9 Desember

×

Cuaca Ekstrim Hingga 9 Desember

Sebarkan artikel ini
WASPADA: Gelombang tinggi di perairan Halut, tepatnya di pesisir desa Asimiro, Kecamatan Loloda Utara, pada Sabtu (4/12). (foto: istimewa/ Andalangi Delfin)

HARIANHALMAHERA.COM–Cuaca ekstrem diprediksi masih akan menghantam sebagian besar wilayah Indonesia hingga 9 Desember mendatang, termasuk wilayah Kabupaten Halut. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi peningkatan curah hujan di atas normal.

Sebagaimana peringatan dini BMKG yang dikeluarkan pada 2 Desember lalu, Indonesia tengah menghadapi dampak akibat fenomena siklon yang ada di samudera pasifik dan samudera hindia. Yakni, siklon tropis Nyatoh, bibit Siklon 94W, dan masih aktifnya fenomena gelombang atmosfer (gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan MJO) di wilayah Indonesia terutama bagian tengah dan timur yang dapat memperkuat peningkatan potensi cuaca ekstrem dalam periode sepekan kedepan.

Tak heran hampir semua wilayah Indonesia merasakan dampak peningkatan curah hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi. BMKG pun meminta masyarakat melakukan sejumlah langkah antisipasi. Seperti memastikan kapasitas dan tata kelola air siap untuk menampung peningkatan curah hujan dan memastikan saluran air/drainase tidak tersumbat/lancar.

Selain itu, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon dengan tidak terkontrol. Kemudian, lakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, dan menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.

BACA JUGA : Lemah Mitigasi Bencana

BMKG juga meminta pemerintah terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halut Abner Manery menginformasikan beberapa desa di Halut mulai terdampak cuaca ekstrim. Seperti di desa Salube, Kecamatan Loloda Kepulauan. Gelombang tinggi menghantam hingga pemukiman dan menyebabkan genangan air setinggi 20 cm.

Kejadian pada Sabtu (4/12) sempat membuat warga panik karena genangan air semakin tinggi. Genangan mulai naik sekira pukul 17.30 hingga pukul 21.00. “Banjir ini selain akibat hujan deras juga diperparah dengan masuknya air laut ke pemukiman warga. Kami diinformasikan Kades Salube karena sampai pada malam hari genangan air semakin tinggi akibat gelombang air laut yang ikut naik, sehingga masyarakat yang berada di desa Salube panik,” kata Abner.

“Sampai saat ini belum ada laporan korban maupun kerugian. Masih dalam pendataan. kondisi saat sudah mulai aman karena rumah hanya tergenang air dan ketika air laut surut aktifitas sudah kembali normal. Namun BPBD tetap memantau kondisi yang ada di desa . Apalagi curah hujan tinggi masih berpeluang terjadi,” ucapnya, kemarin.

Kondisi yang sama juga terpantau di Desa Asimiro dan beberapa desa berdekatan di Kecamatan Loloda Utara pada Sabtu (4/12). Hujan dengan intensitas tinggi ditambah gelombang laut pasang, membuat desa kebanjiran. Belum ada laporan kerusakan infrastruktur maupun korban.

Sementara di Kecamatan Galela Utara, tepatnya desa Jere, jembatan kayu di sungai Akemela hanyut terbawa arus sungai. Kendaraan dari Galela Utara menuju Tobelo hanya bisa pasrah menunggu air sungai surut baru bisa lewat.

Kejadian lain terpantau di Desa Wosia. Akibat drainase, air meluap ke jalan dan pemukiman warga. Juga terpantau sebuah cabang pohon peneduh patah diterjang angin kencang. “Selama tiga tahun berturut-turut, desa Wosia selalu langganan banjir. Ini akibat drainase yang dibangun terlalu pendek (dangkal), sehingga air tidak mampu ditampung dan meluap ke jalan dan pemukiman warga,” kata Yoryam Yotam.

Angin kencang yang menerjang Tobelo sejak Sabtu (4/12) hingga kemarin, membuat cabang dan ranting pohon peneduh di sepanjang jalan kantor pemerintahan dan jalan belakang hingga desa WKO banyak yang patah.

“Kami mengimbau kembali masyarakat agar lebih waspada dengan kondisi alam yang kurang baik. Gelombang laut tinggi, angin puting beliung, dan banjir, serta tanah longsor hampir terjadi setiap tahun, terutama saat di penghujung tahun,” pungkas Abner.(cw/tr-05/fir)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *