HalutWisataZona Kampus

Ekowisata Berbasis Perhutanan Sosial Di Desa Talaga Paca

×

Ekowisata Berbasis Perhutanan Sosial Di Desa Talaga Paca

Sebarkan artikel ini
Tim UNIERA Foto bersama di salah satu Hutan Talaga Paca (Foto : UNIERA)

HARIANHALMAHERA.COM–Tim Universitas Halmahera (UNIERA) telah melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Desa Talaga Paca, Kabupaten Halmahera Utara, sepanjang tahun 2022. Tim yang meliputi Radios Simanjuntak, S.Hut., M.Si, Novriani Monika Wangka, SE, MM dan Eppi Manik, M.Pd.K bersama sejumlah mahasiswa itu memiliki misi untuk membangun Ekowisata Berbasis Perhutanan Sosial.

Radios Simanjuntak, S.Hut., M.Si, pun mengatakan bahwa sejak tahun 2019 Desa Talaga Paca telah memperoleh persetujuan (izin) pengelolaan Hutan Desa (HD) seluas 865 Ha selama 35 tahun dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berdasarkan SK.8109/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/9/2019. Pengelolaan hutan desa ini merupakan bagian dari program perhutanan sosial dengan tujuan untuk membangun sentra ekonomi pada masyarakat desa sekitar hutan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memastikan kelestarian alam yang ada.

Tim UNIERA menelusuri Talaga Paca (Foto : UNIERA)

“Pada tahap awal, tim PKM UNIERA mengidentifikasi permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat Desa Talaga Paca adalah ketidakmampuan mengelola potensi wisata yang ada. Tingkat kesejahteraan masyarakat juga sangat rendah yakni sekitar 75% dari 204 rumah tangga termasuk dalam kategori miskin. Hal ini menjadi suatu kontradiksi, karena Talaga Paca memiliki potensi alam berupa danau, hutan dan kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi,”katanya, senin (28/11).

Dalam pelaksanaan PKM lanjutnya, tim UNIERA secara intensif melakukan konsultasi kepada pemerintah dan masyarakat desa, termasuk sejumlah tokoh masyarakat seperti Dewan Adat Desa Talaga Paca dan pimpinan jemaat. Seluruh pihak di Desa Talaga Paca sepakat untuk mengelola potensi alam yang ada secara berkelanjutan melalui ekowisata sehingga masyarakat dapat menerima manfaat ekonomi.

Hutan Talaga Paca yang tak kalah menarik (Foto : UNIERA)

“Atraksi wisata di Desa Talaga Paca tidak sekedar keindahan alam, namun juga budaya tradisional. Masyarakat asli Desa Talaga Paca sendiri sebelum tahun 1970-an di kenal sebagai “o hongana ma nyawa” atau orang yang bermukim di hutan dengan berburu dan meramu hasil hutan. Mereka diperkenalkan tentang agama dan di resettlement oleh pemerintah hingga menjadi desa definitif sejak tahun 2006,”ujarnya.

Dosen Prodi Kehutanan UNIERA ini menambahkan bahwa bersama Burung Indonesia dan GenPI Maluku Utara, tim UNIERA telah mengidentifikasi sejumlah potensi ekowisata di Desa Talaga Paca yang meliputi wisata keliling danau, jungle trackingbird watching dan wisata gua. Di dalam hutan desa Talaga Paca, Tim telah mengidentifikasi 36 jenis satwa burung, termasuk berbagai jenis yang endemik dan dilindungi seperti kakak tua putih (Cacatua alba), kasturi ternate (Lorius garullus), Cendrawasih gagak Halmahera (Lycocorax pyrrhopterus), dll.

“Upaya membangun ekowisata Talaga Paca berbasis perhutanan sosial merupakan kemitraan tim UNIERA bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui dukungan pendanaan PKM tahun 2022.  Kegiatan ini juga didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Maluku Papua serta Pemda Halmahera Utara, khususnya Dinas Pariwisata,”imbuhnya.

Menurutnya, salah satu puncak pencapaian, pada tanggal 8 November 2022, Bupati Halut bersama Walikota Gora Kalwaria (Polandia), Dandim 1805/Tobelo dan Kepala BPSKL Wilayah Maluku-Papua telah melaunching ekowisata Talaga Paca, dimana launching tersebut menandai dimulainya geliat ekonomi masyarakat Desa Talaga Paca melalui sektor pariwisata.

Salah satu Goa yang ada di Talaga Paca (Foto : UNIERA)

“Saat ini dampak positif pembangunan ekowisata sudah mulai dirasakan masyarakat meskipun masih dalam jumlah yang terbatas. Masyarakat yang berperan sebagai pemandu ekowisata, motoris perahu wisata serta pemilik warung makan telah menerima manfaat ekonomi dari kunjungan wisatawan,”pungkasnya.

Dampak positif lain dikatakan Radios Simanjuntak, S.Hut., M.Si, dari pembangunan ekowisata adalah kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem alam di danau/talaga dan sekitarnya. Ketika terjadi perambahan hutan di sekitar talaga yang terkadang dilakukan oleh masyarakat desa tetangga, masyarakat Desa Talaga Paca telah memiliki inisiatif menegur dan melarang.

“Masyarakat mulai memahami bahwa keberadaan para wisatawan ke desa mereka adalah karena potensi keindahan alam danau dan hutan serta budaya tradisional mereka, sehingga mereka berkomitmen melestarikannya. Semoga ekowisata di Desa Talaga Paca menjadi sebuah lesson learn atau pembelajaran bahwa masyarakat bisa sejahtera dengan alam yang tetap lestari,”ujarnya.(pn/dit/rif)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *