Oleh: Asma Nadia
Novelis
IZINKAN aku menuliskan beberapa patah kata untukmu, anak laki-laki dan anak perempuanku.
Izinkan aku mewakili catatan hati hampir semua orang tua di mana saja.
Anak laki-laki dan anak perempuanku, tahukah? Kata pertama yang kami ulang-ulang begitu sering diiringi harapan agar kata itu yang pertama kau ucapkan di dunia. Dan kata itu adalah Allah. Bukan mama atau papa, ayah atau bunda, melainkan Allah.
Sebab, kami para orang tua sangat mungkin salah dan alpa, tapi Allah tidak. Dia Mahasempurna maka ikutilah kami selama kesempurnaan ajaran-Nya yang kami sampaikan. Ikutilah kebiasaan dan tindakan kami jika ia bersumber dari Yang Mahabenar dan hamba terkasih-Nya, yaitu Muhammad SAW.
Nama-Nya yang kami harap pertama kali akan kau ucapkan, agar semoga ia menjadi awal dari kalimat-kalimat baik yang kelak kau lantunkan dari lisan sepanjang hidupmu.
Maka wajar bila hati tersentak, dan kesedihan memberati jiwa saat membaca kalimat umpatan, sumpah serapah, kata-kata tak senonoh yang terpampang di media sosialmu ataupun dalam keseharianmu bersama teman-teman.
Siapa yang mengajarimu, Nak? Bukan kami, pun kami yakin bukan pula para guru kalian.
Kepada anak lelaki dan anak perempuanku, kepada kalian kami ajarkan ibadah sejak kecil agar genap tujuh tahun usia, semoga shalat dan ibadah lain lekat dalam dirimu.
Kepada ananda perempuan, kami kenalkan hijab agar kamu mampu menjaga kehormatan dan identitas sebagai Muslimah. Kami kenalkan jalan surga dan sukacitanya agar kau tumbuh merindukan surga dan tak tergoda jalan sebaliknya.
Kami terangkan pula bermacam dosa besar agar bisa kau hindarkan, Nak. Jalan dosa memang mudah, dan menawarkan kenikmatan, tapi dia membawamu pada kehinaan dunia dan siksa neraka yang abadi.
Sungguh jalan yang semoga tak pernah memikatmu saking amat pendek dan sesaat kebahagiaan yang dikecap. Berbeda dengan jalan kebaikan yang ditempuh para nabi dan Rasul, dan mereka yang saleh yang menawarkanmu bahagia sejati.
Maka hancur hati kami, Nak, saat melihatmu bermain-main dengan dosa. Saat mengetahui betapa engkau diam-diam telah rutin mengecap maksiat.
Di manakah rasa malu, di manakah iman? Di manakah kerinduan terhadap surga yang kami tanamkan sejak kecil, Nak? Mengapa bukan jalan itu yang kau tapaki kini?
Di mana pula akhlak lembut para ahli surga?
Kurangkah ajaran kasih sayang dan kelembutan yang kami contohkan kepadamu, sayang? Rasa tak percaya membaca jejak kekasaran dan kekerasan yang kau lakukan betebaran di surat kabar. Yang menganiaya sesama, tangan lembutmu kah?
Yang melukai bahkan sampai mengantar seseorang hingga mengalami trauma, bahkan ada yang sampai menjemput ajal benarkah ada andilmu di sana, Nak? Hancur hati ayah dan bunda, sebab demi Allah, sejak kecil bukan itu yang kami ajarkan kepadamu.
Kepada anak lelaki dan anak perempuanku di mana saja di muka bumi ini, belum terlambat untuk kembali ke jalan surga, Nak. Belum terlambat untuk mempertebal benteng keimanan, untuk kembali mencontoh akhlak Rasulullah SAW. Mari kembali ke jalan surga, Nak.
Mari menjauhi neraka walau godaannya begitu kuat menerpa. Kami akan menunggu kalian, dengan cinta dan tanpa lelah di sini. Bersegeralah ke jalan tobat.
Bersegeralah hijrah dan memperbaiki diri, semoga kita akan sama-sama menapak jalan surga. Ya, Nak ya? Biarkan ayah dan bunda kelak berkumpul bersamamu di surga-Nya.(*)
Sumber: https://republika.co.id/berita/kolom/resonansi/pqyiab440/kepada-anak-lakilaki-dan-perempuanku-part1