Kolom

Maluku Utara Menuju Bebas DBD

×

Maluku Utara Menuju Bebas DBD

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI nyamuk Aedes aegepty pembawa virus dengue penyebab DBD. (ilus: jawapos.com)

Oleh: Kristin N H Makahenggang

Mahasiswa Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

 

DEMAM berdarah dengue merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di Indonesia. Selain itu, demam berdarah dengue juga sering terjadi di beberapa provinsi dan salah satunya adalah provinsi Maluku Utara.

DBD adalah penyakit yang diakibatkan dari agen dengue dan vektornya berupa nyamuk yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kasus DBD setiap tahunnya semakin bertambah yang disebabkan oleh beberapa faktor sehingga DBD telah dianggap sebagai penyakit yang endemis di Indonesia.

Nyamuk Aedes sering ditemukan dalam wadah-wadah yang berisi air-air bersih, namun pada beberapa penelitian juga nyamuk Aedes bukan hanya ditemukan dalam air bersih namun juga telah ditemukan dalam air kotor sehingga para peneliti menyatakan bahwa nyamuk Aedes sudah bisa beradaptasi di tempat-tempat yang baru seperti halnya air kotor.

Perkembangan dari nyamuk Aedes di Maluku Utara semakin akan meningkat apabila masuk pada musim hujan, karena jika masuk musim hujan akan terdapat banyak genangan-genangan dan akan menjadi salah satu tempat tinggal dari nyamuk Aedes.

Beberapa peneliti menyebutkan bahwa menemukan titik-titik dari tempat tinggal nyamuk Aedes yaitu pada kontainer-kontainer berupa bak mandi atau bak air. Peneliti juga menyebutkan bahwa sebaran dari penyakit DBD pada tahun 2007 terdapat 117 kasus kemudian menurun pada tahun 2014 yaitu menjadi 51 kasus.

Pada tahun 2007 kasus DBD pada bulan januari mengalami kenaikan dan pada bulan maret menjadi puncaknya. Pada tahun 2010 dan 2016 merupakan tahun yang menghasilkan kasus DBD tertinggi, hal ini dinyatakan karena pada tahun 2010 pada bulan November memiliki curah hujan tertinggi. Sedangkan kasus DBD terendah terdapat pada tahun 2012 dengan hanya memiliki 32 kasus.

Musim hujan juga mengungari aktivitas masyarakat di luar rumah dan lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah sehingga membuat manusia berkontak langsung dengan nyamuk, selain itu juga curah hujan yang tidak teratur berpotensi dapat meningkatkan habitat dari nyamuk-nyamuk Aedes di sekitar rumah.

Beberapa data yang diberikan oleh kementrian kesehatan yaitu pada tahun 2014 insiden dari kasus DBD yang terjadi yaitu sebanyak 24,06% dan pada tahun 2015 kasus meningat dan menjadi 52,42%.

Dari penelitian yang telah dilakukan, dikatakan bahwa semakin banyak penampungan air maka akan semakin banyak pula nyamuk-nyamuk Aedes yang positif terkandung di dalam penampungan air tersebut.

Dari beberapa Kabupaten didapatkan hasil bahwa Halmahera Utara memiliki nilai dari kasus DBD sebesar 29,5% yang artinya nilai tersebut lebih besar dari standar WHO (>5%), hal tersebut menunjukan bahwa terdapat banyak kontainer-kontainer yang dapat menampung air dan menjadi tempat perkembangbiakan dari larva Aedes sehingga hal tersebut dapat berakibat jika semakin tinggi resiko maka akan mengakibatkan semakin tinggi tingkat penularan DBD.

Berdasarkan dengan data-data dari penelitian yang telah dilakukan mengenai kasus DBD di Maluku Utara, maka perlu dilakukan beberapa strategi agar dapat mengendalikan sehingga kasus DBD tidak semakin meningkat di Maluku Utara.

Adapun beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah menguras tempat atau wadah yang dapat menampung air sehingga nyamuk tidak menjadikan tempat tersebut sebagai tempat perkembangbiakan dari nyamuk.

Selain itu juga, dapat dilakukan program dari pemerintah yaitu program 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Dan mengikut sertakan warga agar dapat mengambil bagian dalam pencegahan kasus DBD yaitu seperti dimasing-masing rumah di harapkan untuk memiliki minimal 1 untuk menjadi pemantau jentik-jentik dari larva atau nyamuk.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *