Oleh: Fahri Hamzah
Inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi)
BANGSA ini harus didorong untuk berani berpikir sebab itu kelemahannya, jangan malah ditakuti dengan penyadapan, dengan UU ITE dan semua yang berpotensi mematikan keberanian berpikir dan bicara (menulis).
Negara tidak boleh takut dengan kebebasan berpikir, sebab kita sudah yakini bahwa kebebasan adalah syarat bagi kebesaran sebuah bangsa kecuali kita mau berpaham komunis, rakyat jangan diberi kebebasan cukup kasih makan. Apa itu arah kita?
Zaman orde baru dulu, kita sudah menjadi “keajaiban Asia” tapi kekuasaan runtuh karena represif. Negara harus membuka kepengapan hidup rakyat dengan memberikan kebebasan berbicara dan menilai keadaan. Negara harus menjadi fasilitator ide-ide dan pikiran. Maka kita akan besar.
Sejak orde baru berakhir, kita sudah tahu cara kerja hampir semua ideologi dan sistem kekuasaan yang dialami dunia. Dan kita memilih demokrasi dan kebebasan. Marilah kita saling mengingatkan soal ini. Jangan bekerja sendiri mengambil jalan pintas nanti kita berbalik ke belakang.
Kita pasti sanggup meyakinkan bangsa kita bahwa demokrasi dan konstitusi pasca reformasi memang perlu penyempurnaan tapi jangan kembali ke belakang. Kita harus tetap maju ke depan. Ayolah kita saling memberi tahu. Jangan merasa kelabakan sendiri.
Lagi pula, mana ada ceritanya negara menang menghadapi kebebasan rakyat? whatsapp dipantau padahal ada banyak alternatif untuk sebuah percakapan rahasia. Jadi lebih baik dukung kebebasan. Optimis dan berbaik sangkalah. Jangan dihantui ketakutan berlebihan.
Dalam demokrasi ada adagium, “it is not the function of the government to oversee the people but on the contrary is the duty of the people to control the government,”
Nah, kalau sebaliknya itu bukan mentalitas demokrasi. Itu totaliter.
Mari berpikir merdeka. Mari bicara merdeka.(*)
Sumber: https://rmol.id/read/2019/06/19/393310/stop-patroli-media-sosial