HARIANHALMAHERA.COM–KISAH bunuh diri artis Korea Selatan, Sully, masih menjadi perbincangan kalangan artis. Depresi disebut jadi pemicu. Kondisi psikologi ini rupanya pernah dirasakan seorang Ariel Tatum, yang terbilang sempurna di mata publik.
Ariel sebagaimana dilansir fimela.com, ternyata pernah mengalami kelainan kejiwaan sejak dirinya. Hal itu ia ungkapkan saat menjadi pembicara di seminar bertajuk End The Shame beberapa waktu lalu.
Ia mengakui jika dirinya adalah penderita Borderline Personality Disorder (BPD) atau kepribadian ambang akut yang menyebakan dirinya sulit berkegiatan dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Ariel Tatum mengakui hal tersebut sudah ia alami sejak usia 13 tahun. Saat itu, beberapa gejala tak wajar sudah mulai menghantui dan mengganggu produktifitasnya. Sejak saat itu lah ia pun mencoba mengunjungi beberapa psikolog tanpa sepengetahuan orangtuanya.
“Mulainya karena menurut aku udah mulai nggak wajar. Kayak aku nggak bisa tidur, mengganggu produktivitas, jadi akhirnya aku memutuskan untuk mencari bantuan profesional (psikolog),” ujar Ariel Tatum di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.
Perempuan 22 tahun itu juga menuturkan, sempat mengalami depresi atas apa yang ia alami. “Waktu umur 13 tahun pertama kali mulainya. Abis itu kayak beberapa kali. Jadi depresi itu kan ada episode-episode nya ya. Jadi beberapa kali sampai 2 tahun yang lalu lah masih,” terangnya.
Ariel Tatum juga mengungkapkan jika depresi yang ia alami sempat membuatnya melakukan beberapa hal yang terbilang tak wajar, mulai dari melukai diri sendiri sampai percobaan bunuh diri.
“Yang paling parah percobaan bunuh diri sih pastinya. Terus sama melukai diri sendiri. Menurut aku udah nggak wajar ya karena aku pun nggak sadar akan hal itu. Ada beberapa kali percobaan bunuh diri,” akunya.
Sampai saat ini, Ariel Tatum mengakui tak mengetahui secara pasti mengenai penyebab dirinya mengalami depresi semacam itu. Meski begitu, ia mengatakan jika sampai saat ini dirinya mau terbuka karena melihat mulai terbukanya masyarakat terhadap isu kesehatan mental yang dulunya sempat dianggap tabu.
“Karena hal apa yang pasti hal yang personal ya. Sampai sekarang aku pun masih terus menerus mencari akarnya itu dari mana saja, sampai sekarang pun aku mencoba untuk membuka satu persatu nih. Tapi bukan itu yang mau aku bahas, cuma lebih ke semua orang pasti punya faktor-faktor yang mereka saat ini (bertahan),” pungkasnya.(fmc/fir)