HARIANHALMAHERA.COM— Keberadaan Tobi, robot jurnalis, bukan produk baru. Robot penghasil teks yang dibuat berdasarkan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, sudah dikenal selama 1 dekade.
Tobi digunakan banyal perusahaan media di dunia. Salah satunya Tamedia, perusahaan berbasis di Swiss. Perusahaan ini menggunakan Tobi untuk menghasilkan berita terkait Pemilihan Umum Swiss pada November 2018 lalu. Tobi dapat menghasilkan hampir 40.000 berita hanya dalam waktu lima menit.
Keunggulannya itu membuat makin banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan media di beberapa negara. Kecerdasan buatan itu banyak dimanfaatkan untuk menyusun berita.
Tobi berfungsi untuk menghasilkan cerita, mempersonalisasikan pengiriman berita, serta menyaring data untuk menemukan berita penting.
“Kami telah melihat penerimaan yang cukup besar dari potensi teknologi kecerdasan buatan ini atau robo-jurnalisme pada newsroom di seluruh dunia,” ujar seorang profesor Universitas Oregon, Damian Radcliffe dikutip dari AFP dan CNNIndonesia.com, Minggu (10/3).
“Sistem ini dapat menawarkan kecepatan dan ketepatan serta berpotensi mendukung realitas ruang yang lebih kecil dan tekanan waktu bagi para jurnalis,” sambungnya.
Direktur Inisiatif Strategis The Washington Post, Jeremy Gilbert Gilbert mengatakan, bot dapat menyampaikan dan memperbaharui berita lebih cepat serta memungkinkan wartawan untuk berkonsentrasi pada tugas lainnya.
Pada 2018, Reuters telah mengumumkan peluncuran Lynx Insight yang digunakan untuk menganalisis data otomatis guna mengidentifikasi tren serta dapat menyarankan isu yang harus ditulis oleh wartawan.
Meskipun jurnalis dan robot nampaknya saling membantu, muncul kekhawatiran terkait kecerdasan buatan ini yang dapat merugikan pekerjaan jurnalis.
Di satu sisi, pada Februari lalu, sejumlah peneliti OpenAI AS merilis laporan, bahwa program penghasil teks berita dapat digunakan untuk menghasilkan artikel berita palsu, menyamar sebagai orang lain dan dapat membuat konten palsu di media sosial.(AFP/cnn/fir)