HARIANHALMAHERA.COM– Prediksi bulan itu kering, tandus, dan tak ada air, ternyata keliru. Para ilmuwan menemukan es yang ada di dekat kutubnya, dan baru-baru ini diketahui bahwa air memang ada di dalam bahan permukaan bulan, yang disebut regolith.
Laporan BGR dilansir CNNIndonesia, kesimpulan tersebut didapat oleh para ilmuwan dari data Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) milik NASA untuk mendeteksi molekul air dan perilaku uap air selama satu hari di bulan.
Sekarang, LRO telah mengungkapkan bahwa air yang ada di permukaan Bulan sebenarnya bergerak di siang hari waktu bulan. Sebuah studi tentang kelembaban Bulan yang akan diterbitkan dalam Geophysical Research Letters memberikan gambaran yang jelas tentang molekul air kehidupan di permukaan.
NASA merangkum perilaku air di bulan sebagai berikut.
“Molekul air tetap terikat erat pada regolith sampai suhu permukaan memuncak di dekat siang bulan. Kemudian, molekul secara termal menyerap dan dapat memantul ke lokasi terdekat yang cukup dingin bagi molekul untuk menempel atau mengisi atmosfer/eksosfer yang sangat lemah di Bulan. Hingga suhu jatuh dan molekul kembali ke permukaan,”
Proyek Pemetaan Lyman Alpha menggunakan bacaan dari LRO untuk mendeteksi keberadaan air di regolith, yang memungkinkan para peneliti untuk melacak pergerakan kelembaban. Data seperti ini yang bisa sangat berguna saat merencanakan misi di masa depan dan bahkan berpotensi pemukiman permanen di Bulan.
Ke depan, NASA dan kelompok ilmiah lainnya telah membahas potensi menggunakan Bulan sebagai semacam titik tolak untuk misi yang lebih dalam ke ruang angkasa.
Jika air dapat dikumpulkan di Bulan, itu bisa menjadi sumber yang bagus untuk misi berawak yang menuju lebih dalam ke tata surya.(cnn/fir)