Kolom

Mencari Solusi Efektif Sengketa Pemilu

×

Mencari Solusi Efektif Sengketa Pemilu

Sebarkan artikel ini

Oleh: Sugiyono Madelan
Peneliti INDEF dan pengajar Universitas Mercu Buana

 

SAMPAI hari ini belum ada laporan tindak lanjut Bawaslu dan Kepolisian yang bersifat spektakuler untuk mengusut tuntas secara efektif terhadap pengaduan-pengaduan kecurangan selama proses pemilu 2019. Kegiatan salah input data pemilu oleh Ketua KPU ditafsirkan sebagai kewajaran keterbatasan manusia yang dapat melakukan kekeliruan.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam publikasi online memberikan tafsir terhadap orang-orang yang mengkritisi kegatan salah input data pemilu sebagai orang-orang yang tidak punya otak. Argumentasi Ryamizard Ryacudu adalah banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia menjadi alibi terhadap kesungguhan KPPS untuk melaporkan data pemilu secara benar. Keliru input tingkat KPU, namun yang dievaluasi tingkat KPPS.

KPU memandang jumlah kecurangan pemilu dari segi persentase sangat kecil, yang tidak akan mengubah kesimpulan pemenang pemilu. KPU juga memberikan kesan tentang tafsir bahwa pelaksanaan pemilu ulang dan pemilu yang terlambat dari sisi persentase jumlah TPS adalah sangat kecil, yang tidak akan mengubah kesimpulan tentang siapakah pemenang pemilu. Demikian pula respons KPU terhadap insiden pencoblosan-pencoblosan oknum di Malaysia dan berbagai tempat di Indonesia.

Argumentasi KPU adalah kesemua masalah itu dikesankan tidak akan mengubah kesimpulan pemenang pemilu. Demikian pula dengan keliru proporsi pemenang pemilu pada pelaporan hitung cepat pada hari pertama pemilu di televisi, yang tertangkap kamera. Diantara konsistensi dalam penggunaan tata pikir tersebut, yang tidak berani ditafsirkan oleh KPU adalah tentang penggunaan banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia dan sakit, yang sama sekali tidak pernah ditafsirkan KPU menggunakan tafsir metode persentase.

Wacana pembentukan Tim Pencari Fakta pemilu, apabila tanpa tindak lanjut secara efektif di kemudian hari juga masih menimbulkan sentimen pesimisme tentang penegakan hukum pemilu. Respons negatif terhadap ketiadaan kemauan penegakan keadilan hukum pemilu di atas, serta respons negatif terhadap wacana “people power”, maupun pengerahan pasukan bersenjata dalam jumlah yang sangat besar untuk menjaga keamanan KPU, mall-mall strategis, dan obyek vital, itu hanya menyisakan gerakan diskusi kecil-kecilan big data dan real count internal, serta gerakan berdoa untuk membangkitkan hidayah secara massif guna menegakkan keadilan hukum pemilu.

Perjalanan sejarah di tingkat dunia menjelaskan kisah ekstrim Ramses. Sekalipun tenggelam di laut mati dan sekarat hendak tercabut nyawa sekalipun, namun Ramses sulit mengakui hidayah. Berkali-kali bencana ditunjukkan secara kasat mata dan massif pada Ramses dan para pengikutnya, namun hidayah tersebut tetap gagal membangkitkan perubahan kesimpulan yang diambil oleh kubu Ramses. Meskipun demikian, pada perjalanan sejarah mekanisme Pilpres secara langsung di Indonesia, Megawati Soekarnoputri telah memberikan teladan mengakui kalah terhadap Susilo Bambang Yudhoyono.(*)

Sumber: https://rmol.co/read/2019/04/25/387492/mencari-solusi-efektif-sengketa-pemilu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *