Teknologi

Ini Karya Anak Bangsa, Kampas Rem Motor dari Kulit Kemiri

×

Ini Karya Anak Bangsa, Kampas Rem Motor dari Kulit Kemiri

Sebarkan artikel ini
BANGGA: Mahasiswa USU didampingi pembimbing usai menerima penghargaan di ajang ke-22 Moscow International Salon of Inventions and Innovation Technologies 2019 di Moscow, Rusia. (foto: grid.id)

HARIANHALMAHERA.COM– Siapa bilang generasi muda Indonesia tidak bisa bersaing dengan negara lain dalam penciptaan. Buktinya, mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) ini mampu mengembangkan kampas rem untuk sepeda motor.

Uniknya kampas rem buatan mahasiswa yang tergabung dalam tim Schneider, yaitu Bio Discbrake, berbahan dasar kulit kemiri. Selain nyaman dan lebih hemat masa penggunaannya, juga ramah lingkungan.

Sebagaimana diberitakan CNNIndonesia.com, di balik fungsinya untuk keselamatan, umumnya kampas rem saat dianggap sebagai benda berbahaya karena bisa menimbulkan penyakit paru-paru.

Winelda Mahfud Zaidan Haris, seorang peneliti yang juga merupakan anggota dari Tim Schneider, menjelaskan kampas rem yang terbuat dari kulit kemiri ini lebih aman dibandingkan kampas rem konvensional berbahan asbestos.

“Kalau konvensional memberikan efek negatif kepada si pemakai, maupun yang berada di lingkungan si pemakai. Kampas rem konvensional berbahan asbestos bisa menyebabkan efek negatif seperti kanker paru-paru,” kata Winelda kepada CNNTV.

Dari pengujian internal mereka, kampas rem dari kulit kemiri itu dua kali lebih awet dibandingkan kampas konvensional berbahan asbestos. Komponen itu juga disebut bisa tahan pada suhu di atas 500 derajat selsius atau dua kali lipat di atas ketahanan kampas rem asbestos. Keunggulan kampas rem organik punya daya tahan lebih kuat dan ongkos produksi yang lebih murah.

Terbukti, hasil karya anak bangsa ini meraih tiga penghargaan di ajang ke-22 Moscow International Salon of Inventions and Innovation Technologies 2019 di Moscow, Rusia mulai 26-29 Maret 2019.

“Perusahaan itu di bawah Universitas Sumatera Utara. Kenapa mereka tidak jual karena inovasi mereka hak mereka. Kalau bisa dipertahankan dan diproduksi sendiri itu kan lebih baik daripada menjual hasil inovasi mereka ke orang lain,” ucap Wakil Rektor I USU, Prof Rosmayati.(cnn/fir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *