Kolom

Mampu Dorong Daerah dari Status Tertinggal

×

Mampu Dorong Daerah dari Status Tertinggal

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI catatan dalam edisi cetak Harian Halmahera.

Laporan, Tim Redaksi

SEMOGA tidak bosan. Mengutip kata Karni Ilyas yang selalu mengakhiri sesi ILC, “Kami mendiskusikan, masyarakat menyimpulkan.”

Catatan terakhir ini, kami mengajak pembaca di Halmahera Utara (Halut) ke sebuah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Namanya, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Kabupaten yang baru berusia 17 tahun. Sama dengan Kabupaten Halut yang diundangkan pada 2003.

Mengapa KSB? Karena KSB menjadi bukti besarnya peran PT Indotan terhadap daerah, khususnya kepada masyarakat di lingkar tambang. Di KSB, H Robert masuk berinvestasi dengan dua perusahaannya. PT Indotan Lombok Barat Bangkit dan PT Indotan Sumbawa Barat. Keduanya mengelola emas.

Bedanya, PT Indotan saat mengakuisisi saham Newcrest sudah bisa langsung berproduksi. Sementara di KSB sampai saat ini belum. Tapi, PT Indotan mampu membawa KSB keluar dari status daerah tertinggal.

Kok bisa? Ya, seolah tak percaya. Kami pun demikian. Karena itu, kami berupaya mencari kebenaran informasi itu. Selain menarik, kami juga ingin menghilangkan stigma bahwa catatan hanya sekadar lips services.

Dengan bantuan jaringan besar kami, akhirnya kami bisa mewawancarai dua orang tokoh penting. Keduanya bagi kami sangat layak untuk memberikan testimoni. Pertama dari kalangan esksekutif, Wakil Bupati Sumbawa Barat Fud Syaifuddin ST dan dari perwakilan legislatif Ketua Komisi I DPRD KSB, Amiruddin Embeng SE.

Pak Amir, demikian kami menyapa Amiruddin Embeng SE dari balik smartphone, Sabtu (11/4). Amir pada periode sebelumnya duduk di komisi III yang notabene ‘pengawas’ kegiatan tambang, sebelum bidang ini akhirnya diambil alih provinsi.

Suaranya begitu bersemangat menyambut sapaan kami. Saat diutarakan maksud, dia menyebut ide kami sangat bagus. Karena diakui, sebelum diakuisisi saham, mereka juga punya pandangan yang sama terhadap Indotan.

Baginya yang namanya orang luar, pasti tidak jelas. Namun setelah berjalannya waktu, setelah diakuisisi, ternyata apa yang mereka pikirkan pertama kalinya, ternyata salah besar. Justru, kata Amir, banyak sekali konstribusinya (H Robert). Bahkan konstribusinya bukan hanya dari satu sisi saja, tapi merata hampir semua sisi.

Kalau dihitung, sebutnya, tidak akan habis dibahas lewat telepon. Dia pun mengambil beberapa catatan yang menurutnya penting dan bisa mewakili tujuan kami.

Pertama, soal penambangan emas tanpa izin (PETI) di wilayah konsesi PT Indotan oleh masyarakat sekitar. Banyak masyarakat mengambil material di lahan konsesi. Namun, menurutnya, cara yang digunakan H Robert di luar akal sehat.

“Aneh menurut saya,” kata Amir.

Menurutnya, yang namanya lahan konsesi, jangankan menambang, potong kayu saja dilarang. Pemilik lahan konsesi pasti akan marah-marah, bahkan tidak segan-segan mempidanakan.

“Tapi, H Robert diam saja. Dia tidak mengusir, tidak memproses hukum, malah dilindungi. Nah yang membuat kami bingung, masyarakat dirangkul dan mengajak mereka membentuk koperasi. Kan aneh,” sambung Amir.

Lewat koperasi ini, masyarakat—para penambang liar di lahan konsesi, diberikan pencerahan. Terutama berkaitan dengan tambang dan pertambangan. Pasalnya, pekerjaan pertambangan penuh dengan resiko. Baik keselamatan diri sendiri, maupun keselamatan lingkungan akibat penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun.

Lewat koperasi, H Robert kemudian membangun pabrik kecil untuk pengolahan emas masyarakat. Pabrik kecil ini dimaksudkan menjadi solusi, agar masyarakat dan lingkungannya tidak terpapar bahaya akibat limbah berbahaya dan beracun tadi.

“Ini yang membuat saya, dan kami disini geleng-geleng kepala. Kan biasanya pemilik konsesi galak-galak. Tapi, H Robert beda. Dia serius memikirkan solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak. Dia tidak ingin mematikan sumber pendapatan masyarakat,” terangnya.

“Luar biasa kan? Ini artinya, PT Indotan maupun H Robert sangat terbuka dan peduli pada masyarakat,” ujarnya.

Amir menambahkan, mereka awalnya pernah menanyakan hal itu kepada H Robert. Merka pun kaget dengan jawaban H Robert kala itu. “Rezeki itu bukan punya kita, tapi punya Tuhan,” kata Amir, mengulang jawaban singkat H Robert.

Lebih aneh lagi, lanjut Amir, beliau melakukan ini sebelum perusahaanya memulai (berproduksi). Beliau sudah memberikan konstribusi besar bagi masyarakat dan pemerintah.

Contoh lain, PT Indotan lewat pemerintah daerah, rutin memberikan kontribusinya kepada fakir miskin, yatim piatu. Ada sekira 3.000-an sesuai database yang kategori miskin. Semua disantuni.

“Karena kontribusi yang besar itulah, KSB dulunya yang merupakan kabupaten tertinggal, kini sudah keluar dari kategori daerah tertinggal. Ini ril, sampe pusat, kementerian, tahu ini,” katanya, bangga.

Tidak cukup. Amir melanjutkan ceritanya dengan menyinggung kontribusi H Robert di bidang olahraga. Katanya, KSB menjadi satu-satunya kabupaten yang mewakili Provinsi NTB lewat PS Sumbawa Barat dan ikut di liga nasional, kemarin. Sponsor utamanya adalah PT Indotan.

“Belum lagi kegiatan masyarakat lain, semua dibantu. Bahkan beliau tidak segan-segan ikut turun ke masyarakat. Silakan Anda konfirmasi kepada siapapun di KSB, pasti jawabannya akan sama seperti yang sampaikan,” terangnya.

Biasanya orang mau berbuat, jika sudah produksi. Namanya juga pengusaha, pasti tidak mau rugi. Tapi, yang dilakukan H Robert memang beda. Tidak hanya kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan keagamaan pun dibikin sama. Semua rumah ibadah dibantu, kegiatan keagamaan dibantu.

“Seumur-umur kita baru tahu ada pengusaha tambang seperti ini. Sudah dijarah konsesinya, malah senyum,” akunya, diiringi tawa.

Dia pun menitipkan pesan buat Halut. Menurutnya, akan sangat rugi bila perusahaan ini tidak diterima dengan baik. Apalagi disana (Halut) PT Indotan sudah berporduksi.

Amir pun mengajak eksekutif, legislatif, dan perwakilan masyarakat bisa datang berkunjung ke KSB, jika masih belum yakin dengan peran H Robert dan perusahaannya bagi daerah.

“Biar kami perlihatkan buktinya disini. Jadi jangan dengar isu yang tidak-tidak. Kita kan tetangga, dekat saja dari Halut ke KSB. Kami akan perlihatkan bukti nyata seperti apa beliau berbuat untuk daerah. Sangat-sangat manusiawi,” ajaknya.

Amir juga menyebut, Halut sangat beruntung. Justru masuknya PT Indotan ke Halut membuat dirinya iri. “Karena itu, jangan ada justifikasi dulu. Minimal butuh sebuah pembuktian. Pembuktiannya ke daerah yang beliau pernah berkiprah,” pesannya.

Tidak cukup, kami pun menghubungi Wakil Bupati Sumbawa Barat Fud Syaifuddin ST. Meski di tengah kesibukan pemerintah menangani wabah covid-19, beliau masih memberikan waktu.

Jawabannya pun lebih kurang sama. Kata wabup, kehadiran PT Indotan memberikan nilai positif bagi daerah, khususnya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Pemiliknya Pak H Robert lebih memilih bersama masyarakat, menambang bersama dengan sistem yang telah diatur bersama,” kata Syaifuddin.

Uniknya H Robert di mata wabup, mampu tampil dan menjadi ‘milik’ seluruh masyarakat. Lihat saja, kata wabup, beliau yang bayar pajak miliaran dalam setahun, tapi hasilnya justru dirasakan masyarakat. Sementara perusahaan belum mendapatkan apa-apa karena belum berpoduksi.

Sebagai pemerintah, Syaifuddin ternyata pernah menanyakan soal keberadaan para penambang liar di lahan konsesi kepada H Robert. Kenapa tidak minta aparat untuk mengusir. “Beliau mengatakan tidak. Itu yang terjadi sampai saat ini,” terangnya.

Wabup juga menyebut, logikanya saat melihat orang bisnis, pasti akan cari untung. Tapi, dia tidak melihat itu pada sosok H Robert. Mungkin saja beliau mencari manfaat bukan di finansial, tapi dengan berprasangka baik dengan orang lain, berbagi dengan orang lain.

Disebutkan pula, H Robert dan perusahaanya sangat perhatian terhadap pemberdayaan masyarakat sekitar tambang. Sebagai pemerintah dia sangat terbantu. Apalagi KSB bisa keluar dari daftar daerah tertinggal. Kami sangat berterima kasih dengan perhatian begitu besar.

Dia pun menjelaskan salah satu faktor KSB bisa keluar dari kelompok daerah tertinggal. Yakni dari kenaikan pendapatan dari masyarakat. Salah satunya dari tambang masyarakat di lahan konsesi. Menurutnya, jumlah masyarakat bukan hanya 1000-2000 orang, tapi di atas angka puluhan ribuan orang. Bahkan dari kabupaten lain turut menerima manfaat di atas wilayah konsesinya PT Indotan.

“Bagi saya, di Kabupaten Halut silakan duduk bersama. Mulai pemerintah, DPRD, dan masyarakat. Rugilah kalau menolak. Karena beliau ini terlalu baik. Masyarakat dan pemerintah di Halut ini saya sebut beruntung dengan masuknya Indotan. Jangan sampai menyesal. Karena beliau lebih mementingkan kepentingan bersama ketimbang kepentingan bisnis perusahaan,” pesan Wabup Syaifuddin.

Di akhir catatan, apa yang disampaikan, terutama program di KSB tentunya tidak bisa langsung dipraktikkan di Halut. Karena aturan, kondisi di daerah, serta kebiasaan masyarakat, sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu program.

Silakan duduk bersama. Bahas program. Fungsikan Badan Usaha Milik Desa (BUMD). Ciptakan kompetisi positif antar BUMD. Rangsang masyarakat untuk giat berusaha. Jangan ciptakan program yang hanya membuat ketergantungan tanpa ketidakpastian masa depan.

Rancang program yang hasilnya bukan dirasakan untuk saat ini (jangka pendek), tetapi berpikirlah program yang hasilnya bisa dirasakan anak cucu di masa depan kelak.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *